infopd2022.com – Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta semua pihak untuk tidak mempolitisasi olahraga, khususnya Piala Dunia 2022. Hal itu disampaikan menjelang upacara pembukaan yang dilangsungkan pada 20 November 2022.
Qatar sejak diumumkan menjadi tuan rumah terus menerus mendapatkan kritikan mengenai penyelenggaraan Piala Dunia. Yang terbaru ialah masalah hak asasi manusia (HAM).
“Saya pikir kita tidak boleh mempolitisasi olahraga,” kata Macron kepada wartawan di Bangkok, seperti dikutip kantor berita Prancis.
Macron juga meminta agar pemerintah Qatar membuktikan bahwa tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada mereka tidak benar.
“Harus dijawab saat menjadi tuan rumah acara tersebut diputuskan,” terangnya.
Duta Besar Prancis untuk Doha Jean-Baptiste Faivre mengatakan kepada Al Kass TV awal bulan ini mengatakan, kritik terhadap perlakuan Qatar atas pekerja migran oleh beberapa entitas Prancis tidak mencerminkan posisi pemerintah.
“Prancis tidak akan memboikot Piala Dunia,” tambahnya.
2 dari 4 halaman
Hugo Lloris Enggan Pakai Ban Kapten Pelangi di Piala Dunia 2022
Kapten Timnas Prancis Hugo Lloris menegaskan, dirinya tidak akan mengenakan ban kapten pelangi selama Piala Dunia 2022. Hal itu ditujukan untuk menghormati hukum di Qatar selaku tuan rumah.
Sebelumnya, di bulan September sedikitnya delapan timnas dari 13 negara di Eropa mengkampanyekan “OneLove” yang mengartikan dukungan terhadap LGBTQ+.
FIFA sendiri menyatakan bahwa tim harus menggunakan peralatan yang disediakan oleh badan pengatur dan tidak diperbolehkan membawa desain ban lengan mereka sendiri ke piala dunia.
3 dari 4 halaman
Kembali ke Lloris, dirinya menyatakan kalau sudah sepatutnya setiap tamu dari negara lain menghormati hukum di negara kedatangan.
“Ketika kami berada di Prancis, ketika kami menyambut orang asing, kami sering ingin mereka mengikuti aturan kami, menghormati budaya kami, dan saya akan melakukan hal yang sama ketika saya pergi ke Qatar, sederhananya,” kata Lloris.
“Saya bisa setuju atau tidak setuju dengan ide mereka, tapi saya harus menunjukkan rasa hormat.” tambahnya.
“Ini adalah turnamen olahraga yang orang ingin datangi dan nikmati. Mengubahnya menjadi platform pernyataan politik menurut saya tidak tepat untuk olahraga, ”kata Al Khater.
“Yang kami minta adalah orang-orang menghormati budaya,” katanya, menambahkan bahwa “dari apa yang dia pahami” ada diskusi tentang pesan politik di turnamen tersebut.
4 dari 4 halaman
Jawaban Pemerintah Qatar
Ditanya tentang kehadiran anggota komunitas LGBTQ di Piala Dunia, Amir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dari Qatar pada bulan Mei mengatakan “semua orang diterima di Doha”.
“Kami tidak menghentikan siapa pun untuk datang ke Doha dengan latar belakang berbeda, keyakinan berbeda, Qatar adalah negara yang sangat ramah,” kata amir kepada pers selama kunjungannya ke Berlin.
Dengan sorotan global yang ditempatkan pada Piala Dunia FIFA pertama di Timur Tengah, negara tuan rumah Qatar telah menjadi subyek pengawasan Barat yang tak henti-hentinya atas catatan hak asasi manusianya, terutama yang berkaitan dengan buruh migran.
Namun, para pejabat mengatakan banyak kritik dan kampanye untuk memboikot acara tersebut sebagian besar mengabaikan upaya yang dilakukan oleh Qatar untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk reformasi tenaga kerja yang meluas.
(mdk/hrs)
TOPIK TERKAIT