Jakarta (ANTARA) – Jika perjalanan Italia pada Euro 2020 yang digelar tahun lalu menjadi patokan untuk keberhasilan sebuah tim dalam putaran final Piala Dunia 2022, Argentina adalah tim yang paling mungkin meniru Italia sukses dalam kejuaraan besar sepak bola setelah masuk turnamen dengan bekal tak terkalahkan begitu lama.Sebagaimana Italia kala Euro 2020, Argentina juga akan masuk arena Piala Dunia 2022 dengan catatan tak terkalahkan yang panjang.Italia memasuki Euro 2020 yang digelar setahun lebih lambat akibat pandemi COVID-19, dengan bekal fantastis, yakni bercatatan tak terkalahkan paling lama, sebanyak 26 pertandingan. Azzurri atau Si Biru kemudian menjuarai Euro 2020 setelah memenangi tujuh pertandingan.Italia memenangi semua dari tiga laga fase grup, termasuk mengalahkan Turki dan Swiss dengan skor 3-0. Pada babak 16 besar, mereka menundukkan Austria 2-1, menaklukkan Belgia yang saat itu berperingkat teratas di dunia dengan 2-1 pada perempat final, dan membungkam Spanyol serta Inggris dalam semifinal dan final lewat adu penalti.Ternyata, perjalanan tak terkalahkan Italia sebelum memasuki ajang Euro 2020 terbuktikan dalam turnamen itu.Laju tak terkalahkan Italia sempat memanjang setelah Euro 2020 sampai pertandingan ke-36. Mereka baru kalah pada 7 Oktober 2021 ketika menyerah 1-2 kepada Spanyol dalam semifinal Nations League 2021.Italia memang tak lolos putaran final Piala Dunia 2022 setelah kalah secara mengejutkan dari Makedonia Utara dalam semifinal playoff kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa.Akan tetapi catatan mereka kembali dibahas setelah salah satu dari 32 tim peserta Piala Dunia 2022, yakni Argentina, memiliki kesempatan mengulangi prestasi mereka menjuarai turnamen besar sepak bola dengan bekal catatan tak terkalahkan yang sangat panjang.Sejak kalah 1-2 dalam semifinal Copa America 2019 melawan Brazil, tidak pernah ada lagi tim yang bisa mengalahkan Argentina.Sebaliknya sejak menang 2-1 dalam perebutan tempat ketiga Copa America 2019, sampai mengalahkan Jamaika 3-0 dalam laga persahabatan 22 November 2022, Argentina sudah memenangi 24 laga dan seri 11 kali dalam laga-laga persahabatan, kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Copa America 2021 yang mereka juarai itu.Selama periode itu, Argentina pernah sekali mengalahkan Brazil dan menahan seri Jerman dalam laga persahabatan. Lionel Messi dkk. juga mengalahkan Italia pada 2 Juni 2022 dalam final La Finalissima yang mempertemukan juara Copa America 2021 dengan juara Euro 2020.Sebenarnya Argentina pernah masuk turnamen besar dengan bekal statistik tak terkalahkan panjang karena ketika pada Copa America 2021 mereka masuk gelanggang dengan bekal 13 laga tak terkalahkan.Skuad penuh bintangAkan tetapi berbeda dari Italia yang setelah menjuarai Piala Eropa 2022 malah gagal masuk putaran final Piala Dunia 2022, catatan Argentina justru sinambung dan kian mengilap.Argentina yang saat ini menduduki urutan ketiga dalam peringkat FIFA di bawah Brazil dan Belgia, diyakini bakal membuat pencapaian besar di Qatar, paling tidak jika melihat skuad yang mereka bawa ke Qatar nanti.Ini karena pelatih Lionel Scaloni memasukkan sebagian besar anggota skuad yang menjuarai Copa America 2021, ke dalam skuad Argentina untuk Piala Dunia 2022.Dari 26 pemain pimpinan Lionel Messi yang sudah diumumkan Scaloni pada Jumat 11 November, hanya tujuh pemain yang tidak membela Argentina dalam Copa America 2021.Messi yang beberapa kali gagal membawa Argentina menjuarai Piala Dunia terlihat menemukan sebuah tim Argentina yang kohesi dengan dirinya lebih kuat yang membuat impiannya menjuarai turnamen besar bersama Argentina terwujud.Setelah bersama skuad itu dia menjuarai Copa America 2021, Messi memiliki harapan lebih besar lagi untuk menuntaskan dahaga 36 tahun Argentina dalam merengkuh gelar juara Piala Dunia. “Kami tengah berada dalam momen yang bagus bersama Argentina,” kata Messi belum lama ini.Ke-26 pemain yang dibawa pelatih Lionel Scaloni, sama sangat kuatnya dengan skuad yang menjuarai Copa America 2021, sekalipun calon-calon lawannya mungkin lebih kuat dibandingkan dengan saat mereka bertarung dalam turnamen kontinental setahun lalu itu.Mereka mungkin tak istimewa di bawah mistar gawang di mana kiper Aston Villa Emiliano Martinez menjadi penjaga gawang utamanya, sedangkan Franco Armani yang membela River Plate dan Geronimo Rulli yang sehari-hari menjaga gawang Villarreal di Liga Spanyol, menjadi pelapis Martinez.Akan tetapi tengoklah formasi lini pertahanan, tengah dan depan tim yang dijuluki Albicelestes atau “biru langit dan putih” itu. Mereka sungguh tim yang bisa membuat lawan kesulitan dalam menyerang dan sekaligus kerepotan saat bertahan.Ini karena Argentina memiliki bek-bek tangguh yang juga berperan sentral dalam klub-klub yang mereka bela, termasuk German Pezzella yang membuat Real Betis menjadi satu dari tiga tim Liga Spanyol yang kebobolan paling sedikit musim ini, selain menjadi pilar yang membuat mereka sukses dalam Liga Europa 2022-2023 sejauh ini.Mereka masih memiliki Cristian Romero yang instrumental bagi Tottenham Hotspur di Liga Inggris. Lalu, bek kawakan Nicolas Otamendi yang menjadi salah satu pemain penting Benfica saat lolos ke 16 besar Liga Champions sebagai juara grup padahal grup mereka dihuni dua klub raksasa, Paris Saint Germain dan Juventus.Mereka juga memiliki Lisandro Martinez yang menjadi pemain terpenting di balik kebangkitan Manchester United di Liga Inggris. Masih ada Nicolas Tagliafico, Marcos Acuna dan imbuhan baru Juan Foyth yang sama tangguhnya dengan semua nama yang sudah disebut lebih dulu itu.Calon kuat juara duniaSektor tengah mereka juga sama tangguhnya. Lini ini juga diisi oleh para pemain bertipe petarung seperti gelandang Atletico Madrid, Rodrigo De Paul. Pemain ini adalah gelandang tengah yang serba bisa, selalu ngotot, tak pernah berhenti berlari, tapi juga kreatif.Sikapnya ini membuat dia menjadi mitra ideal untuk Messi. Faktanya selama ini mereka berdua membangun kemitraan efektif yang membuat Argentina semakin berbahaya untuk lawan-lawannya.Tak cuma de Paul, mereka juga memiliki gelandang-gelandang yang terbiasa mengatur ritme permainan, mulai dari Leandro Paredes, Guido Rodriguez, sampai Exequiel Palacios. Bahkan Alejandro Gomez, Enzo Fernandez dan Alexis Mac Allister yang tak masuk skuad yang menjuarai Copa America 2021. Meeeka adalah para gelandang yang bisa memastikan Argentina memenangi pertarungan di sektor tengah.Sementara di sepertiga terakhir lapangan, Albicelestes memiliki pemain-pemain depan yang kreatif dan haus gol. Tidak saja Messi, Angel di Maria, dan striker Inter Milan Lautaro Martine, tapi juga pemain Fiorentina Nicolas Gonzales dan striker Manchester City Julian Alvares. Di sektor ini pun mereka masih memiliki Paulo Dybala dan Joaquin Correa yang masuk skuad Copa America 2021 tetapi memiliki rekam jejak mengerikan dalam meneror pertahanan lawan.Dengan catatan tak terkalahkan yang begitu panjang dan skuad berisi pemain-pemain fantastis, bukan tidak mungkin Argentina menjuarai lagi Piala Dunia setelah terakhir kali melakukannya pada 1986. Mungkin kali ini Messi yang sudah empat kali mengikuti Piala Dunia pada 2006, 2010, 2014 dan 2018, akhirnya berhasil mempersembahkan trofi juara kepada Argentina.Namun yang sudah di depan mata mereka, adalah memecahkan rekor dunia 36 pertandingan tak terkalahkan yang tengah dipegang Italia. Ini sangat dimungkinkan mengingat tiga lawan Argentina di Grup C, masih terlalu sulit untuk bisa mengalahkan mereka, entah itu Arab Saudi, Meksiko atau pun Polandia.Sebaliknya mereka bisa mulus ke babak 16 besar sebagai juara Grup D yang lawannya mungkin adalah Denmark. Jika lolos dari babak ini, Argentina bisa menghadapi Belanda atau Amerika Serikat. J0ika segalanya lancar mereka bisa masuk semifinal dan mungkin bertemu kembali dengan Brazil seperti dalam final Copa America 2021.Memang masih terlalu dini untuk memetakan sampai mana Argentina melangkah dalam Piala Dunia 2022. Namun catatan tak terkalahkan yang panjang, preseden Italia pada Euro 2020, dan skuad yang merata di semua lini, membuat Argentina tak bisa dikesampingkan sebagai calon kuat juara dunia.Ini masih ditambah faktor Lionel Messi yang kemungkinan akan bertarung mati-matian mengingat usia yang sudah 35 tahun telah membuat Piala Dunia Qatar menjadi kesempatan terakhirnya untuk menjuarai turnamen ini.(*)Baca juga: Piala Dunia: Son tetap masuk skuad Korsel meski cedera seriusBaca juga: Sekjen PDIP bicara politik hingga Piala Dunia