Bagi Walid Regragui, pertandingan kontra Prancis terasa cukup emosional. Sebab dia faktanya adalah orang Prancis yang memilih membela negara leluhurnya, Maroko, sebagai pemain maupun pelatih.
Walid Regragui lahir di Corbeil-Essonnes, sebuah wilayah yang berada di pinggiran selatan Kota Paris, Prancis, pada 23 September 1975. Dia tumbuh sebagai seorang suporter Paris Saint-Germain (PSG), tetapi menjalani karier profesional bersama Racing Clube de Paris.
Dia kemudian bermain untuk tim Prancis lain, antara lain AC Ajaccio, Dijon, dan Grenoble. Dia juga sempat memutuskan pergi ke Spanyol untuk gabung dengan Racing Santandaer, dan mengakhiri karier sebagai pemain sepak bola di klub Maroko, Moghreb Tetouan.
Di level internasional, Walid Regragui yang spesialis bek sayap kanan, memilih membela timnas Maroko dari 2001 hingga 2009. Dia menjalani 45 pertandingan internasional bersama Singa Atlas.
Kini di Stadion Al Bayt, Walid Regragui, harus menghadapi kenyataan berdiri untuk membela tanah leluhur dan menghadapi tanah kelahirannya, Prancis.
“Saya berkewarganegaraan ganda. Merupakan suatu kehormatan dan kesenangan untuk bermain melawan Prancis tetapi ini hanya sepak bola. Saya di sini sebagai pelatih sepak bola dan yang menarik minat saya adalah untuk menang,” kata Regragui dikutip dari Reuters.
Nama Walid Regragui menarik perhatian seiring dengan kejutan besar yang diciptakan Maroko di Piala Dunia 2022 Qatar. Singa Atlas jadi tim Afrika pertama yang menapak ke semifinal Piala Dunia, melampaui pencapaian Kamerun, Senegal, dan Ghana, yang menembus perempat final.
Sekarang publik sepak bola menantikan seberapa ampuh racikan strategi Walid Regragui dalam meredam agresivitas dan pengalaman para pemain Prancis yang berstatus juara bertahan Piala Dunia.